Welcome to the beauty of parijs van java!
That's what i said to myself when i arrived in Bandung.
I am not used to live the metropolis world actually, but, here i am now.
I'm a part of this city now! And this is a reality.
But i did find a thing that is so annoying in this city.
AND WHAT THAT COULD BE ANYWAY???
ANGKOT, saudara-saudara...
Yak. Kendaraan semacam ini bukan hal yang baru untuk saya. Semasa saya SMA dan SMP saya sudah menggunakan angkot sebagai salah satu alat transportasi.
Saat saya masih duduk di bangku SMP, saya biasa menggunakan angkot sebagai alat transportasi saat saya ingin mengunjungi rumah teman. (Hehehe...) Tarifnya, sangat terkenal, jauh-dekat seribu perak.
Saat SMA, angkot menjadi semakin sering saya gunakan. Saya harus menggunakan angkot untuk bisa mencapai kota sibolga yang notabene mrnjadi tempat saya membeli berbagai kebutuhan sehari-hari dan MAKANAN tentunya.
Naaah, semenjak kuliah, angkot seperti menjadi bagian dari diri saya. Kenapa? Saya harus menumpang angkot kalau mau mencapai kampus. (Sebenarnya kalau mau kemana-mana saya memang harus menggunakan angkot sih...) Saya terkejut luar biasa ketika membayar tarif angkot sebesar Rp. 1500 untuk biaya perjalanan dari kos ke kampus. Harga yang sangat mahal menurut saya. (Sewaktu SMA, dengan jarak sekitar 23 kilometer antara sibolga-pandan, saya hanya perlu membayar Rp. 1000). Jarak dari kos ke kampus sepertinya tidak sampai 10 menit, dan saya harus membayar harga demikian mahal. Syok rasanya. Bisa-bisa uang saya habis hanya untuk membayar ongkos pulang-pergi dari kampus. -___- SAYANGNYA...Setelah saya amati, ternyata tarif angkot di kota besar memang sangat mahal. 1500 perak adalah harga yang cukup wajar untuk perjalanan kurang dari sepuluh menit.
Saya memperhatikan beberapa perilaku supir angkot di bandung, dan banyak diantaranya yang sangat tidak saya sukai. Pertama, tradisi nge-tem tentunya. Penyakit macam ini tidak hanya menjadi penyakit supir angkot di kota bandung, nyaris dimana-mana supir angkot hobi meminggirkan kendaraan mereka dan menunggu sampai angkot mereka penuh, barulah mereka jalan kembali. Penumpang yang sedang terburu-buru tentunya akan kesal luar biasa dengan tingkah semacam ini.
Yang kedua, adalah sikap tidak jujur dari supir angkot. Saya sering sekali mengalami ini. Misalkan tarif saya biasanya 1500, tapi saya membayar dengan uang 2000, eeeeh, si supir bukannya memberikan kembalian malah langsung ngeloyor. Sialan kan? Wahai para supir angkot, tolong lah, apa susahnya memberikan uang kembali yang benar kepada penumpang kalian????!!!!!!!!
Ketiga, saya sangat kesal dengan supir angkot yang mencari penumpang walaupun sudah tidak ada tempat duduk yang memadai di dalam angkot. Ini terasa sangat menyebalkan. Memangnya mereka tidak kasihan dengan penumpang? Duduk tidak nyaman, gerah, sesak... -_- Bukannya udah ada peraturan yang menjelaskan berapa jumlah penumpang maksimal???????
Yak, sejauh ini, itu saja kekesalan yang saya rasakan terhadap dunia perangkotan kota bandung.
Saya harap ada kesadaran oleh para supir angkot sendiri; jangan mentang-mentang banyak yang membutuhkan anda, anda jadi tidak memperhatikan kenyamanan penumpang. Kan kita sama-sama manusia. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar