Selamat Tahun Baru!
Yep. Sudah saya ucapkan. Kalimat yang pas ntuk mengawali entri terbaru di 2011 yang indah ini. Kalimat? Entahlah. Semester lalu saya sudah belajar bagaimana membedakan kalimat dengan yang bukan, tapi yah, lewat saja... Hehehe.
Ini sore, mendung, dan cukup gelap. Saya di kamar, menghadap ke jendela yang memungkinkan saya untuk melihat jalan. Sambil mengetik, dan headset terpasang-hanya di telinga kanan. (Tidak ada lagu yang dimainkan! astaga!)
Pemandangan yang saya lihat, seperti saya bilang tadi, adalah JALAN. Ya. Jalan. Sepi, paling-paling ada 2-3 motor yang lewat. Oh, dan ada pohon tanjung disini. Pohon yang sangat banyak ditanam-atau tertanam-di kompleks tempat tinggal saya. Pohon tanjung biasanya tumbuh sampai besar dan rimbun, bunganya harum, bisa direnceng membentuk gelang ata kalung. Buahnya seperti melinjo, tapi kelihatannya tidak bisa dimakan. Di dalam buah ada biji sebesar kacang polong. Biji inilah yang nantinya akan menjadi pohon tanjung.
Suasana agak melankolis,nih. Saya tadi malam melihat foto-foto masa kecil. Foto masa susah. Hehehe. Saya tinggal di tanjung gading-Ya! ini nama tempat tinggal saya, mulai berpikir ada kesesuaian antara banyaknya pohon tanjung dengan nama tempat ini?-kompleks perumahan yang diperuntukkan bagi keluarga karyawan-dan karyawati sebuah perusahaan swasta milik jepang. Usia saya 18 tahun, tapi bapak dan ibu sudah tinggal disini sekitar 23 tahun. Yep, 5 tahun lebih dulu dari saya. Dan selama tinggal disini, ini adalah rumah ketiga yang menjadi tempat tinggal kami.
Waktu saya masih TK, hidup belum semeriah ini. Kalau sekarang jalan-jalan ke Medan bisa kapan saja saya mau, dulu, kami harus menunggu sampai akhir pekan, dimana bapak biasanya dapat kesempatan menggunakan mobil dinas kantor. (Kami dulu tidak punya mobil. Kemana-mana naik motor punya bapak yang sudah dimiliki sejak beliau SMA). Mobil dinas kantor, ya, jangan bayangkan tentang mobil nyaman yang di dalamnya harum, jok lembut dan sebagainya. Mobil itu warna luarnya putih, dan ada logo perusahaan, dan di dalamnya menggunakan jok kulit yang baunya seperti asap pabrik. Dengan mobil itulah biasanya bapak dan ibu serta saya jalan-jalan. Sayangnya, perjalanan selalu menyebalkan karena saya tukang mabok. Entahlah, tapi saya selalu muntah setiap kali di dalam perjalanan. Kecuali naik motor dan sepeda. Menjijikkan? Ya, memang. Biasanya kami pergi ke siantar dan mengunjungi kebun binatang. Well. bapak sampai sekarang masih suka ke siantar (kami selalu ke sana setiap ada waktu), dan saya masih suka jalan-jalan ke kebun binatang. sialakn sebut saya anak aneh, tapi begitulah kenyataannya. Sampai sekarang saya masih ingat bau mobil itu. Kenangan yang ta terlupakan.
Ah, ya. tentang rumah kan? Dulu rumah kami tidak sebesar ini. Rumah kami adalah rumah yang diperuntukkan bagi staff pada waktu itu. Jadi, ada sebuah blok, U-11 namanya, cari saja rumah bernomor 09. Itulah rumah saya dulu. Ada pagar kawat berduri yang memisahkan rumah nomor sepuluh dengan kebun liar. Banyak ular di rumah itu. Merembet ke rumah kami, tentu saja. Di depan rumah nomor 10 ada bukit kecil (yah, katakanlah undakan). Di tengah undakan itu, tumbuh pohon karet. Hanya satu. Bapak mengajari saya membuat jam matahari dengan pohon karet itu sebagai jarum jam nya. Saya dulu senang mengumpulkan daun karet yang berguguran. Warna-warni. Walaupun akhirnya saya akan membuang semuanya karena kering. Rumah itu punya 3 kamar, tapi yang dipakai untuk tidur ya hanya 1. saya dan adik tidur bersama orang tua. Di ruang tamu ada meja coklat, dan 3 bangku plastik kecil. Itu tempat keramat untuk saya belajar. Bapak selalu menemani saya belajar, sampai jam berapapun itu-Dulu. Ada 1 TV, di ruang keluarga sekaligus ruang makan. Menyenangkan sekali, nonton sambil makan. Di bagian belakang, tempat untuk menjemur pakaian, adalah bagian rumah tanpa atap dengan lantai semen. Saya dulu berlatih naik sepeda dengan menempelkan tangan di tembok mengelilingi tempat itu. Kamar mandi ada 2, tapi yang selalu dipakai ya hanya 1. Di samping pintu menuju ke tempat menjemur, ada tempat cuci piring, dulu saya menanam tauge, kentang dan wortel di sana. Bingung? Kentang dan wortelnya direndam di air sampai muncul tunas, lalu tunasnya baru bisa dipindahkan ke lahan asli. (Saya tahu dari buku Rose-Selarose). Oh ya! Dulu pernah ada 2 ekor anak ayam yang terjebak di parit rumah kami. Berciap-ciap sampai tengah malam. Akhirnya kami menangkap mereka dan memeliharanya. (Akhirnya selalu tragis, mereka mati tak terurus, sakit).
Saya dulu masih TK, maaf mengulanginya. Hehehe. Berangkat entah jalan kaki-entah diantar. Nama TK-nya TK Ikan. Pernah kejadian, saat itu hari sabtu, dan selalu ada makan bersama. Saya makan terlalu lama dan terlalu tenang, guru TK saya tidak sadar kalau saya masih disana dan meninggalkan kelas. Saya juga tidak sadar, waktu tiba di pintu TK, ada gembok, TERKUNCI. Suasana horor. Masih siang, sih, tapi tetap saja horor. Untung, setelah 15 menit mewek, bapak datang menjemput dengan motor. Sampai sekarang saya penasaran, guru TK saya itu mikirin apa ya sampai nggak sadar ada satu muridnya yang ketinggalan. -__-
Setiap malam minggu, saya dan adik saya selalu diberi kesempatan main bersama anak satu blok yang lain. Dengan perlengkapan sempurna. (Maksudnya?) Ya, saya mesti memakai baju 2 lapis dengan jaket sebagai tambahan, Celana panjang, kaus kaki dan sepatu. Rasanya berlebihan ya? Tapi setelah dipikir-pikir, tidak juga. Perlengkapan itu skse menjaga badan saya agar tidak terserang batuk.
Saya menanam apotek hidup di belakang rumah. Ya, diajari dan dibantu bapak tentu saja. Ada serai, kincung, melati, lidah buaya, kunyit dan sebagainya. Bukan mau menyombong, tapi apotek hidup saya jauh lebih lengkap dari pada yang ada di ssekolah. Inspirasinya ya datang dari buku Rose-Selarose tadi, dan sebagai tambahan, Buku Pintar Seri Senior.
Masih ingat tren merayakan hari ulang tahun? Ulang tahun anak-anak, lebih tepatnya. Girang rasanya kalau kita sedang ulang tahun, ada kue, banyak orang datang, dan yang lebih keren lagi BANYAK KADO YANG BERTUMPUK DI ATAS MEJA. Saya selalu senang kalau acara ulang tahunnya sudah selesai, semua tamu sudah pulang, sehingga saya dan adik bisa cepat-cepat membuka semua kado.
Oh ya. Saya juga teringat waktu pertama kali bagi rapor di SD.Saya pulang dan bertemu tetangga. Begeini kira-kira percakapan kami dulu:
Om T: Bagi rapor cha?
Aku: Iya Om. *senyum*
Om T: Rangking nggak?
Aku: Iya, om kata ibu nya.
Om T: Ah, yang betul? *ngerampas rapor*
Aku: emangnya kenapa om?
Om T: Bagus kali lah ini!
Aku: Iya? *girang*
Hahaha. saking anehnya, saya sampai ingat sampai sekarang.
Ternyata banyak kenangan masa kecil itu. Terutama di rumah U-11 nomor 09 itu. Kami pindah rumah ke B-12 nomor 07 saat saya duduk di kelas 2 SD. Hari itu yang saya ingat, ada burun bangau hinggap di puncak pohon karet. Warna bulunya pink-kecoklatan. Kenapa tiba-tiba burung seperti itu ada disana? Mana saya tahu. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar